Madrid dan Barcelona merupakan dua entitas terbesar di negara
Spanyol,jika kita membandingakan kotanya, kedua kota tersebut merupakan
kota terbesar di Spanyol. Jika berbicara klub sepakbola, keduanya
merupakan dua klub besar,paling sukses, paling kaya , dan juga memiliki
basis fans yang paling banyak di negara Spanyol (belum termasuk fans
dari luar negara Spanyol). Kedua stadion mereka ( stadion Santiago
Bernabeu dan Nou Camp) sudah seperti rumah ibadah bagi kedua fans, yang
dianggap sangat suci oleh fans Madrid dan Barca, dan haram hukumnya
melihat kesebelasan kesayangan mereka kalah di kandangnya sendiri.
Rivalitas kedua klub ini awalnya bermula dari partai-partai politik
yang menggunakan media sepakbola sebagai salah satu cara untuk meraih
banyak massa, lalu berubah menjadi pertarungan budaya antar kaum
Castille (kerajaan) yang diwakili oleh Real Madrid dan kaum cataluna
yang diwakili oleh Barcelona. Dan di era modern sekaragn rivalitas ini
berubah menjadi sebuah pertaruhan ideologi sepakbola masing-masing,
kedua klub mengklaim bahwa mereka lebih baik dari rivalnya.
Rivalitas ini memasuki era baru saat Real Madrid dan Barcelona
memperebutkan seorang pemain berbakat yang pernah ada di dunia sepakbola
, Alfredo Di Stefano. Saat itu Di Stefano yang membela Millonarios
datang ke Spanyol untuk melakukan pertandingan persahabatan melawan Real
Madrid. Saat itulah publik Spanyol melihat sebuah bakat sepakbola yang
ditunjukan oleh DI Stefano, Barcelona langsung bergerak cepat dengan
mengontak River Plate klub asli Di Stefano sedangakan Real Madrid
mengontak Milonarios dimana Di Stefano dipinjamkan. Namun masalah
menjadi pelik saat Barcelona sudah membayar separuh biaya transfer Di
Stefano,ternyata ada klause kontrak antara River Plate dengan
Millonarios yang menyatakan bahwa River Plate bisa menjual Di Stefano
jika mendapatkan ijin dari Millonarios. Pihak Millonarios yang sudah
mendapat bayaran transfer dari Real Madrid lebih memilh untuk
menyerahkan Di Stefano kepada Real Madrid daripada ke Barcelona.
Hal itu membuat pihak Barcelona marah kepada River Plate karena merasa
dibohongin,dan mengadu kepada Federasi Sepakbola Spanyol dan juga FIFA.
Ditemukan jalan tengahnya, Di Stefano bisa bermain 2 tahun untuk Real
Madrid dan 2 tahun kemudian untuk Barcelona, namun setelah melihat
penampilan Di Stefano selama 2 tahun di Madrid,pihak Barcelona
mengundurkan diri dan Madrid mau membayar transfer Di Stefano kepada
Barcelona.
Setelah itu perpindahan pemain dari Real Madrid ke Barcelona atau pun
sebaliknya makin memicu persaingan kedua klub ini. Terhitung ada Bern
Schuster, Michael Loudrup yang pindah ke Real Madrid pada tahun 1994
dengan free transfer,hingga yang paling menghebohkan adalah perpindahan
kedua idola masing-masing tim pada saat itu. Luis Enrique yang sudah
menjadi idola bagi publik Santiago Bernabeu tiba-tiba pindah ke
Barcelona, dan Real Madrid pun “membalas” dengan membajak idola Nou Camp
pada saat itu Luis Figo dari seteru abadinya. Perpindahan Luis Figo ke
Madrid makin memanaskan suhu persaingan kedua tim dan rasa benci fans
Barcelona ditunjukkan kepada Figo dengan melemparkan kepala babi saat
duel
El Clasico di semi final Liga Champions tahun 2002. (KID)
Sejarah Permusuhan Real Madrid VS Barcelona (El Clasico) Dari Masa Ke Masa ~
Laga El Clasico antara
Barcelona dan Real Madrid adalah partai panas di liga Spanyol. Ternyata
sejarah pemusuhan antara Barcelona dan Real Madrid ini bermula sejak
tahun 30an yaitu pada masa Franco. Siapa Franco ini?
Dia adalah seorang Jenderal yang menjadi penguasa diktator di Spanyol
pada tahun 1930-an. Barcelona, sampai sekarang, adalah ibukota dari
Provinsi
Catalonia, yang sebagian besar penduduknya adalah dari suku bangsa Catalan dan Basque.
Sejak dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan
bagian dari Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah
penjajahan Spanyol. Oleh karena itu, setiap laga El-Clasico pendukung
Barca terlihat kerap membawa benderanya sendiri, bukan bendera Spanyol.
Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC
Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar
orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna
biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami
dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.
Franco kemudian bertindak lebih jauh. Josep Suol, Presiden Barcelona
waktu itu, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom
dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan
sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika
para pemain Barcelona diinstruksikan (dibawah ancaman militer) untuk
kalah dari Real Madrid.
|
Franco |
Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid.
Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan
mencetak 1 gol. Skor akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal.
Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan apengaturan pertandingan dan
dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya.
Sejak saat itu FC Barcelona menjadi semacam klub anti-franco dan menjadi
simbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap
Spanyol. Ada juga klub-klub lain di Catalonia seperti Athletic Bilbao
dan Espanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya
untuk hanya merekrut pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi
prestasi tidak sementereng Barcelona.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh,
tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota
Spanyol, FC Real Madrid.
Sebagai
sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian
terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang
dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real
Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk
itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol
ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang
karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Pada tahun 50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real
Madrid yang waktu itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai
anak emas Franco sejak tahun 1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki
sumber dana besar untuk belanja pemain. Barcelona sendiri, pada 2
dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4 kali liga spanyol, 2 kali
piala raja, dan satu kali piala Inter City Honest (yang kemudian menjadi
UEFA Cup).
Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu
legenda Barcelona, Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan
persnya ketika diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih
Barcelona dibanding Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di
sebuah klub yang diasosiasikan dengan Franco.
Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona
memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar),
dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang
Madrid sendiri dengan skor 5-0 (!).
Pada tahun itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik
Eropa, dan memberi nama anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi.
Statusnya sebagai legenda menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada
akhirnya tidak pernah bisa sebesar ayahnya. Karir sepakbolanya lebih
banyak dihabiskan di klub-klub medioker, meski sempat beberapa tahun
memperkuat Manchester United.
Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada
tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini
sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih sehat. Tapi permusuhan
yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya
selalu menjanjikan sesuatu yang spesial.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi
setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el
classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah
panjang terbentang dibelakangnya.
Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini
membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona
pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el
classico sebagai sebuah perang, bukan sekedar pertandingan sepak bola.
Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el
classico akan merasa seperti membawa sepasukan 'serdadu' perang, bukan
sebuah 'kesebelasan' sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang
dipertaruhkan.
Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat
sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub:
10 Pemain Terbaik Sepanjang Sejarah FC Barcelona
FC Barcelona. Salah satu klub sepakbola tersukses dan paling terkenal
di seluruh dunia. Selalu berat untuk menentukan 10 pemain terbaik dari
sebuah klub. Menurut saya, ada dua era yang membuat klub asal Katalan
ini begitu besar. Era pertama adalah ketika era Dream Team dan era kedua
adalah ketika di awal millennium baru hingga sekarang. Namun di luar
era tersebut, ada juga banyak pemain berkualitas yang tidak mungkin
dapat dilupakan oleh para pendukung Barcelona.
1. Laszlo Kubala
Kubala adalah legenda besar yang berhasil membawa Barcelona meraih
kejayaan di era 50an. Sebagai ujung tombak, ia berhasil mempersembahkan
seluruh gelar bagi Barca di tahun 1951-1952. Ia juga termasuk dalam
barisan penyerang legendaris Barcelona bersama Cesar Rodriguez,
Estanislau Basora, Eduardo Manchon, dan Moreno. Pemain yang terkenal
melalui tendangan-tendangan bebasnya ini adalah pemain yang paling
banyak mencetak gol dalam satu pertandingan bagi Blaugrana di La Liga
dengan tujuh gol ketika menghadapi Sporting Gijon. Sekarang, ia
diabadikan dalam bentuk patung yang berada di dekat stadion Camp Nou.
2. Rivaldo
Pemain Brazil kelahiran 1972 ini adalah legenda hidup Barcelona.
Datang dari Deportivo La Coruna untuk menggantikan peran Ronaldo, ia
malah “menghapus” Ronaldo dari ingatan para pendukung El Barca. Di musim
pertamanya, ia langsung sukses mengawinkan gelar La Liga dan Copa Del
Rey untuk Barcelona. Berposisi sebagai gelandang serang, ia berhasil
membukukan 136 gol dari 253 caps bersama Blaugrana. Ia juga berhasil
meraih gelar Ballon d’Or ketika masih berseragam Barcelona. Satu hal
yang pasti diingat oleh para pendukung klub asal Katalan ini adalah
bagaimana hat-tricknya ketika melawan Valencia di laga terakhir La Liga
musim 2000-2001. Gol indah bicycle kick nya di menit ke 89 berhasil
memastikan hat tricknya hari itu sekaligus memastikan tempat di Liga
Champions bagi Barca. Karena reputasinya itu, ia sampai masuk ke dalam
komik Tsubasa!
3. Johan Cruyff
Hai penggemar Lionel Messi, tau pemain ini? Johan Cryuff adalah
“Lionel Messi” di eranya ketika itu. Datang dari Ajax Amsterdam di tahun
1973, pemain berkewarganegaraan Belanda ini langsung memberikan gelar
La Liga yang sudah 14 tahun tidak dibawa pulang ke Camp Nou. Selain
keberhasilannya membantai Real Madrid dengan skor 0-5 di Santiago
Bernabeu, ada sebuah gol yang membuktikan betapa hebatnya talenta dari
seorang Johan Cruyff. Ya! Gol tersebut adalah gol nya melawan Atletico
Madrid yang diberi nama “Le but impossible de Cruyff”. Cruyf pernah tiga
kali memenangi gelar Ballon d’Or di tahun 1971, 1973, dan 1974.
Hengkang dari El Barca di tahun 1978, ia kembali lagi pada tahun 1988
sebagai pelatih. Dan di bawah tangan dinginnya, Barca berhasil meraih
gelar UEFA Champions League pertama mereka di Wembley 1992.
4. Ronald Koeman
Sebelum hadir Carles Puyol dan Gerrard Pique, Barcelona pernah
memiliki bek tangguh di era 90an. Kuat, cepat, dan produktif mencetak
gol. Dialah Ronald Koeman. Koeman adalah bagian penting dari “Dream
Team” Barcelona di era kepelatihan Johan Cruyff. Sekalipun berposisi
sebagai bek, ia justu berhasil mencetak lebih dari 100 gol bagi El
Barca! Cukup unik memang rekor yang ditorehkan oleh pemain yang lahir di
Belanda 49 tahun silam ini. Satu gol yang jelas diingat oleh para Cules
adalah saat tendangan bebas nya di babak extra time berhasil menembus
gawang Gianluca Pagliuca dan memastikan gelar UEFA Champions League
pertama bagi El Blaugrana.
5. Josep Guardiola
Nah! Ini dia pemain yang paling dirindukan oleh pendukung Barcelona.
Ya sekalipun ia dirindukan karena sukses sebagai pelatih, seharusnya
para Cules tidak melupakan betapa vitalnya peran Guardiola sebagai
pemain. Adalah Johan Cruyff yang melihat bakat penting Pep sebagai
gelandang bertahan ketika ia menonton pertandingan tim akademi
Barcelona. Debutnya melawan Cadiz menjadi awal sebuah legacy di tubuh El
Barca. Pendukung Barca pantas “berterima kasih” kepada Guillermo Amor.
Apabila Guillermo tidak terkena larangan bertanding, mungkin anda tidak
akan pernah melihat Josep Guardiola menjaga lini tengah Barca dan meraih
berbagai gelar. Selain itu, Guardiola juga adalah salah satu kapten
terhebat dengan karisma kepemimpinannya yang pernah dimiliki El
Blaugrana. Ia memutuskan hengkang di tahun 2001. Setelah itu di tahun
2007, ia kembali ke Barcelona sebagai pelatih tim B. Dan itu adalah awal
dari sebuah cerita yang akan dikenang oleh seluruh penggemar Barcelona.
6. Ronaldinho
Jika Manchester United memiliki CR7, maka Barcelona memiliki R10.
Bagi saya pribadi, Ronaldinho adalah permulaan dari era keemasan
Barcelona di awal millennium baru ini. Awalnya, media memprediksikan
Ronaldinho akan hijrah ke United (sepaket dengan Gabriel Heinze). Namun
ternyata ia lebih memilih Barcelona sebagai klub barunya setelah ia
pindah dari Paris Saint-German. Pria bernama asli Ronaldo de Assis
Moreira ini benar-benar membawa era yang baru ke dalam permainan El
Barca. Sulit untuk mendeskipsikan keajaiban yang dilakukan oleh
Ronaldinho dengan kata-kata. Ia benar-benar seorang Brazillian dengan
segala macam “joga bonito” nya. Setiap Ronaldinho membawa bola, kita
pasti berharap akan ada trik-trik ajaib yang ia keluarkan dari dalam
fantasinya. Dengan senyumnya yang khas, ia berhasil mempersembahkan
sebuah gelar UEFA Champions League bagi Barca di tahun 2005 dan
mendapatkan Ballon d’Or. Butuh pengakuan lebih lanjut? Coba tanyakan
kepada pendukung Real Madrid yang memberi standing applause kepada
Ronaldinho ketika laga El Classico di Santiago Bernabeu tahun 2006
silam. Satu hal lagi, Ronaldinho adalah awal dari meledaknya pertumbuhan
pendukung Barca secara signifikan.
7. Carles Puyol
El Capitano de Barca! Hingga saat ini, dialah kapten terbaik yang
pernah dimiliki oleh Barcelona. Pemain asli La Masia ini adalah bagian
penting dari kesuksesan El Barca. Ketegasan dan kelugasannya hampir
selalu mencapai sempurna ketika ia menjaga barisan pertahanan. Secara
simbolik, mungkin rambutnya dapat menggambarkan betapa garangnya ia
ketika ia berada di lapangan. Meskipun akhir-akhir ini ia bertambah
akrab dengan cedera, tapi tak satupun pemain Barcelona yang dapat
menggantikan peran dari Puyol. Satu hal yang membuat Puyol begitu
dihormati oleh penggemar dan pemain Barcelona adalah mental tak menyerah
yang dimilikinya. Rekannya di pertahanan Barca, Gerrard Pique, pernah
berkata bahwa Puyol adalah satu-satunya pemain yang ia kenal yang masih
percaya bahwa tim nya dapat menang ketika sedang tertinggal empat gol.
8. Xavi Hernandez
Kapten kedua Barcelona. Kontrol bola yang sempurna, permainan ball
possession brillian, pengatur tempo dalam permainan, dan passing yang
mematikan. Xavi adalah salah satu pemain paling vital dalam permainan
tiki-taka nya Barcelona. Pemain jebolan La Masia ini adalah pemegang
caps terbanyak Barcelona dengan 645 pertandingan resmi (terhitung sampai
31 Oktober 2012). Siapapun pasti tahu betapa hebatnya Xavi dalam
mengolah si kulit bundar. Sekalipun Barca mempunyai banyak pemain
berkualitas untuk mengisi lapangan tengah, taka da satupun yang bisa
menggeser Xavi apabila ia sedang dalam kondisi fit untuk bermain.
Sadarkah anda bahwa Xavi memiliki kebiasaan unik? Bukan, ini bukan soal
kehidupan pribadi atau ritual sebelum pertandingan. Coba perhatikan
ketika ia sedang mengontrol bola. Ia memiliki kebiasaan untuk
mengeluarkan lidahnya ketika si kulit bundar sedang berada dibawah
kendalinya.
9. Andres Iniesta
Iniesta adalah “partner in crime” nya Xavi dalam menjadikan lapangan
tengah lawan menjadi seperti tempat bermain. Pemain kelahiran 28 tahun
silam ini berperan sama pentingnya seperti Xavi dalam menjalankan taktik
tiki-taka ala Barcelona. Namun satu hal yang berbeda adalah Iniesta
lebih berperan kedepan dan menyerang. Sudah begitu banyak killer pass
nya menjadi awal dari gol bagi Barcelona. Selain itu, ia juga cukup
rutin mencetak gol bagi El Barca. Iniesta juga pemain yang sangat respek
kepada pemain lain. Ingatkah kalian dengan perayaan gol nya ketika ia
mencetak gol kemenangan Spanyol di Final Piala Dunia 2010? Ia membuka
kaus dan di dalam kaus itu terdapat tulisan untuk mengenang Dani Jarque
(yang notabenenya adalan pemain Espanyol). Satu momen lain yang jelas
akan diingat oleh para Cules adalah ketika Josep Guardiola sudah
memberikan selamat kepada Guus Hiddink, lalu tak lama berselang Iniesta
mencetak gol yang membuat ucapan selamat tersebut menjadi seperti
harapan palsu bagi Hiddink.
10. Lionel messi
Sulit. Itu kata yang harus saya ucapkan ketika akan memilih 10 pemain
terbaik Real Madrid sepanjang masa. Sejak awal berdiri, Madrid telah
memiliki ratusan pemain bertalenta luar biasa. Permasalahan utamanya
adalah, tim ini memang gemar mengumpulkan pemain-pemain terbaik dunia
semenjak puluhan tahun lalu. Tidak seperti Manchester City yang
baru-baru ini saja memiliki kegemaran yang sama. Tapi bagi saya, dibawah
ini adalah daftar pemain yang memberikan pengaruh paling besar dalam
menjaga kejayaan Los Merengues.
10 Pemain Terbaik Sepanjang Sejarah Real Madrid
1. Alfredo Di Stefano
Adakah Madridista yang tidak tahu Alfredo Di Stefano? Apabila ada,
sebaiknya anda mengenal pemain yang satu ini. Pemain yang pernah membela
tiga tim nasional ini adalah legenda hidup Real Madrid dengan 308 gol
sepanjang karirnya bagi Los Merengues. Dari Sembilan gelar UEFA
Champions League yang dimiliki El Real, ia turut andil menyumbang lima
diantaranya (1955/56, 1956/57, 1957/58, 1958/59, 1959/60). Ketajaman
peraih dua kali Ballon d’Or (1957 dan 1959) ini sangat ditakuti oleh
bek-bek lawan. Sebagai penghormatan, Real Madrid menjadikan namanya
sebagai nama dari stadion milik Real Madrid Castilla di Valdebebas pada
tahun 2006.
2. Ferenc Puskas
Setelah era Di Stefano memborbardir gawang lawan, berikutnya muncul
Ferenc Puskas. Real Madrid ketika era itu memang mengerikan. Duet
Stefano-Puskas ini begitu mematikan. Pemain berkewarganegaraan Hungaria
dan Spanyol ini ada di peringkat keempat pencetak gol terbanyak El Real
dengan 238 gol. Selama berkarir di Madrid, Puskas telah menyumbang lima
trofi Liga Spanyol secara berutut-turut dari tahun 1961-1965. Pemain
kelahiran 1927 ini pun pernah meraih gelar El Pichichi empat tahun
berturut-turut dari tahun 1960-1964. Dan untuk menghargai talenta yang
ia miliki, FIFA menciptakan Ferenc Puskas Award pada tahun 2009 yang
diberikan kepada pencetak gol terindah dalam satu musim. Penghargaan ini
diberikan karena Puskas adalah pencetak gol terbanyak di abad ke-20
dengan 512 gol dari 528 pertandingan. Legend.
3. Emilio Butragueno
Butragueno adalah pemain asli binaan Real Madrid. Striker kelahiran
1963 ini adalah salah satu penyerang terbaik di era 80an. Selama
berkarir, ia menyumbang enam gelar Liga Spanyol untuk Los Merengues.
Meski perolehan gol nya di Madrid “hanya” 171 gol, namun kontribusinya
begitu besar dalam menjaga kejayaan Real Madrid. Meskipun karirnya di
klub yang ia bela sejak kecil tidak berakhir manis, namun tak satupun
Madridista sejati yang akan melupakan sumbangsih seorang El Buitre.
4. Hugo Sanchez
Real Madrid seakan tidak pernah kehilangan duet maut. Setelah era Di
Stefano dan Puskas, lalu hadir duet Butragueno dan Sanchez. Ya, dialah
tandem sejati dari Emilio Butragueno. Total 208 gol ia cetak untuk El
Real. Tujuh tahun bermain untuk Madrid, lima kali ia persembahkan trofi
Liga Spanyol. Mau tahu dimana letak pentingnya seorang Hugo Sanchez?
Ketika ia menyumbangkan lima trofi tersebut, ia meraih gelar El Pichichi
sebanyak empat kali!
5. Fernando Hierro
Di bawah kepemimpinan Hierro lah Real Madrid terakhir kali meraih
gelar UEFA Champions League. Karisma dan skill nya dalam memimpin
barisan pertahanan sangat mengagumkan. Tak banyak yang bisa saya
katakan tentang pemain ini. Permainannya begitu lugas dan garang.
Sebagai seorang bek, ia adalah pemain yang sangat subur. Dari 439 caps
bersama El Real, ia mencetak 102 gol! Dan ia pernah mencetak hat-trick
ketika menghadapi Real Zaragoza di tahun 2002.
6. Zinedine Zidane
Masterpiece. Setiap Zidane menyentuh bola, kita pasti selalu berharap
ia akan melakukan gerakan-gerakan yang tak terduga nan ajaib. Dia
adalah bagian penting dari era Los Galacticos. Di musim pertamanya
membela Real Madrid, ia langsung menyumbangkan gelar UEFA Champions
League. Tak butuh banyak gol untuk membuktikan bahwa ia adalah salah
satu pemain tengah terhebat sepanjang masa. Sebuah tandukan ke dada
Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006 tak akan cukup untuk membuat
namanya menjadi buruk di mata pecinta sepakbola. Apapun yang terjadi,
Zidane tetaplah Zidane dengan tendangan spektakulernya di Final
Champions League 2002 yang akan dikenang sepanjang masa.
7. Luis Figo
Bagi pendukung Barcelona, ia adalah seorang Judas. Namun bagi
pendukung Madrid, ia adalah seorang pendosa yang bertobat ke jalan yang
benar. Kemarahan segenap penghuni Boixos Nois tak cukup untuk
menghentikan talenta Figo. Pemain berkewaganegaraan Portugal ini
benar-benar mengontrol lapangan tengah Los Merengues. Gesit, elegan, dan
pintar dalam memainkan si kulit bundar. Menjadi pemain pertama di era
Los Galacticos, kepopulerannya di kalangan Madridista mungkin hanya
kalah dari sepotong kepala babi.
8. Claude Makelele
Claude Makelele? Pemain terbaik Real Madrid sepanjang masa? Menurut
saya jawabannya adalah, pasti. Perannya di Real Madrid ketika itu
sungguh tidak tergantikan. Meski hanya tiga tahun berbaju putih El Real,
sumbangsihnya sebagai gelandang bertahan sungguhlah besar. Bahkan
karena talentanya tersebut, peran gelandang bertahan sering disebut
dengan “Makelele role”. Selama ia bermain, Madrid selalu berhasil meraih
gelar di setiap tahunnya. Dan setelah Makelele pindah, Madrid langsung
puasa gelar. Menurut saya pribadi, keputusan melepas Makelele adalah
salah satu kebodohan terbesar Los Merengues. Fernando Hierro pun berkata
senada dengan saya. Berikut adalah kutipan pernyataan Hierro mengenai
kepergian Makelele: “Saya pikir Makelele adalah pemain terbaik Madrid
beberapa tahun belakangan, namun tak seorangpun menyadari hal tersebut.
Tak seorangpun sadar apa yang ia lakukan untuk tim ini. Semua pemain
tahu bahwa dia adalah pemain terpenting. Kepergian Makelele adalah awal
dari berakhirnya Los Galacticos.”
9. Iker Casillas
Saint Iker. Begitu ia biasa dipanggil oleh para Madridista. Pemain
asli binaan El Real ini telah mejadi penjaga gawang utama Madrid
semenjak tahun 2002. Pacar dari Sara Carbonero ini merupakan salah satu
penjaga gawang terbaik di muka bumi saat ini. Jujur, saya merasa kasihan
dengan para penjaga gawang cadangan Real Madrid. Bagaimana mungkin
mereka bisa menggeser posisi seorang Casillas. Musim 2007-2008 adalah
bukti betapa hebatnya seorang Casillas. Ia hanya kebobolan 32 gol dari
36 kali bertanding di La Liga. Sekarang ia telah menjadi kapten dari
Real Madrid dan Spanyol. Reflek yang cepat, gesit, berwibawa, dan
ganteng. Untuk poin yang terakhir, saya rasa cukup jarang seorang kiper
memiliki paras tampan seperti dirinya. Setuju ladies?
10. Raul Gonzalez
Siapa
yang bisa mengingkari bahwa Raul adalah salah satu pemain terbaik Real
Madrid? Bahkan pendukung Barcelona pun tidak! Pencetak gol terbanyak El
Real (323 gol) ini adalah pemain asli binaan Castilla Real Madrid.
Jangan lupa bahwa ia adalah pemain yang membuat Emilio Butragueno harus
angkat kaki dari Estadio Santiago Bernabeu. Menjalani debut sebagai
pemain termuda yang pernah bermain bagi El Real, Raul ditahbiskan
menjadi Pangeran Bernabeu oleh seluruh Madridista. Sepanjang karirnya
bersama Madrid, tak sekalipun ia mendapatkan kartu merah. Sebuah bukti
bahwa ia tidak hanya memiliki skill, melainkan juga kepribadian yang
baik dalam mengontrol emosi dan memimpin tim. Sekalipun ia tidak
menghabiskan karir di Real Madrid, tak mungkin pendukung Madrid akan
melupakan pangerannya yang tercinta.
0 comments:
Post a Comment