Kelompok militan ISIS berparade membawa peralatan tempur di kota Raqqa, Suriah
Dr. Sebastian L.v. Gorka adalah Pakar Terorisme Universitas Pertahanan AS.
Pada Selasa pagi di bulan September 2001, al Qaeda masuk dalam buku sejarah sebagai grup teroris paling mematikan di era modern. Dalam beberapa jam saja, grup itu telah membunuh lebih banyak orang di New York, Washington dan Pennsylvania dibanding grup lain seperti IRA atau Baader-Meinhof Gang selama berdekade-dekade.
Sejak hari itu, al Qaeda orisinal, yang saat ini disebut 'Core AQ,' melancarkan serangkaian serangan lain seperti yang dilakukan Richard Reid dengan bom sepatunya, Mayor Nidal Hassan dalam serangan di Fort Hood dan Faisal Shazad, pelaku pemboman Times Square. Di waktu yang sama, al Qaeda merekrut sejumlah pejuang asing untuk berperang di Afghanistan, Irak, Yaman, Somalia dan negara lainnya yang dijadikan teater jihad.
Selain itu, al Qaeda juga menjalankan kampanye progranda untuk menyebarkan pesan perang suci terhadap kafir via media, seperti Inspire, sebuah majalah elektronik. Inspire memuat banyak konten jihad, termasuk cara membuat bahan peledak yang terbuat dari alat masak pressure-cooker. Perangkat bom ini digunakan dalam tragedi pemboman Boston.
Dari semua yang disebutkan di atas, ancaman al Qaeda masih relatif minim dibandingkan pencapaian ISIS yang belum lama ini mendeklarasikan kekhilafahan (caliphate) atau kerajaan Islam.
Lantas, apa saja yang perlu diketahui mengenai perbandingan tingkat bahaya ISIS dan al Qaeda ? Berikut empat alasan utama:
1. Al Qaeda sukses mengajak umat muslim dari dunia Arab untuk berperang di Timur Tengah dan kawasan lainnya. Namun, berdasarkan beberapa laporan, ISIS disebut lebih sukses dalam merayu muslim dari negara Barat untuk bergabung dalam gerakan jihad. Pejuang asing muda, yang jika berhasil bertahan hidup dalam perang di Timur Tengah, kemungkinan besar akan kembali ke AS, Inggris atau negara Barat lainnya sebagai seorang jihadis garis keras dengan kemampuan di bidang militer, termasuk merakit bahan peledak. (Masalah ini sangat serius, sehingga Jaksa Agung AS Eric Holder telah meminta bantuan Eropa untuk menghentikan aliran pejuang asing ke luar negeri.)
2. Walau al Qaeda dilindungi pemerintahan fundamental Taliban di Afghanistan, sebagai sebuah organisasi, al Qaeda tidak pernah menguasai sebuah negara secara penuh. Dengan penyerangan kilat ala Blitzkrieg Jerman, ISIS berhasil merebut banyak kota di Irak dan mendeklarasikan kekhilafahan hanya dalam kurun waktu beberapa pekan. ISIS yang bergerak efektif seperti ini berfungsi sebagai negara de facto, sebuah Negara Jihad. al Qaeda lebih sering bertindak seperti grup teroris daripada sebuah pemberontakan. ISIS adalah gerakan pemberontakan yang menguasai banyak kota dalam waktu singkat dan hampir dapat berfungsi sebagai suatu negara utuh.
3. Osama Bin Laden, dan petinggi al Qaeda saat ini, Ayman al Zawahiri, selalu memahami pentingnya perang propaganda dan informasi, terlebih setelah jihadis AS Anwar al Awlaki mengambil alih kepemimpinan majalah Inspire. Namun, mereka tidak bisa sesukses propaganda sosial media ISIS. Tidak hanya membuat dan mendistribusikan video aksi kekerasan, ISIS juga merilis banyak video pembantaian massal tahanan mereka. ISIS juga melancarkan propaganda dengan narasi yang lebih halus via Twitter dan saluran lainnya, yang selama ini tidak pernah dilakukan al Qaeda.
4. ISIS mempunyai kemampuan yang jauh melebihi mimpi terliar pendiri al Qaeda. Setelah menguasai kota Mosul dan merampok banyak fasilitas pemerintah, ISIS diperkirakan memiliki dana hingga lebih dari USD400 juta. al Qaeda menghabiskan dana USD500 ribu untuk melancarkan serangan 9/11. ISIS mempunyai dana yang setara 800 kali serangan 9/11. ISIS telah merebut banyak perlengkapan militer AS dan juga misil Scud milik Suriah, yang sempat dipamerkan dalam sebuah parade ke hadapan dunia internasional. Sudah jelas, ISIS dan al Qaeda berada di level berbeda.
Dengan berbagai alasan ini dan masih banyak yang lainnya, ISIS jauh lebih mengancam dibanding al Qaeda. Sebuah ancaman yang tidak hanya ditujukan pada Irak atau Suriah. ISIS telah menegaskan tujuan mereka secara jelas, yakni mendirikan kekaisaran Islam, kekhilafahan, yang sempat dihapuskan Presiden Republik Turki Kemal Ataturk setelah berakhirnya Perang Dunia I pada 1924. ISIS dimotori sebuah ideologi absolut dan global. Setelah menghabisi "Musuh Dekat" mereka di Suriah dan Irak, mereka hendak memburu orang yang dinilai mereka sebagai kaum murtad, seperti Raja Abdullah II atau Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, yang bertekad menghabisi Muslim Brotherhood atau Ikhwanul Muslimin, sebuah grup yang memiliki ideologi sama dengan ISIS dan al Qaeda.
Ada pihak lainnya yang dianggap kafir oleh ISIS, seperti Israel yang bertempur dengan Hamas, sebuah organisasi yang memiliki ideologi serupa. Hamas juga diketahui sebagai cabang dari Ikhawanul Muslimin. ISIS juga akan membidik "Musuh Jauh" mereka, yakni Amerika Serikat dan para sekutunya. Adanya wacana Negara Jihad bisa berdiri di Timur Tengah dan dapat berdampingan dengan negara lainnya tanpa kekerasan adalah sesuatu yang hampir mustahil terjadi. Jihad tidak bersifat regional.
Ideologi ISIS adalah totalitarian, seperti ideologi absolut Hitler atau Stalin. Banyak negara masuk sasaran ISIS, termasuk AS. ISIS ingin memaksa semua orang hidup di bawah hukum Islam. Siapapun yang berani menolaknya, harus siap menghadapi hukuman kematian.
sumber:metrotvnews.com
0 comments:
Post a Comment