Mengenang Prestasi Internasional Terbaik PSMS Medan.
Berbicara sejarah PSMS, mungkin tidak akan ada habisnya. Klub berlambang
daun tembakau deli itu telah memiliki perjalanan panjang, dengan usia
lebih dari 62 tahun.
Di masa lalu, PSMS Medan tidak hanya pernah
menorehkan banyak prestasi di tingkat nasional,namun, juga mampu
mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional. Pada ajang sepak bola
bertajuk Nike MU (Manchester United) PC (Premier Club) U-15 Cup tahun
1996,PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania untuk berlaga di tingkat
dunia menghadapi berbagai klub dari benua Afrika,Amerika dan Eropa di
kota Machester,Inggris. Perjuangan Ayam Kinantan muda di ajang tersebut
tidaklah mudah.
Untuk menjadi wakil Indonesia di ajang Asia
Oceania, klub berlambang daun tembakau tersebut harus bersaing dengan
klub-klub elit Indonesia lainnya seperti,Persebaya Surabaya, Persib
Bandung, Persija Jakarta, PSIS Semarang, PSM Ujung Pandang (Makassar),
PSP Padang dan Persegres Gresik. Di babak final Nike Cup MUPC U-15
regional Indonesia, tim PSMS U-15 yang saat itu dilatih Zain Azhar
Harahap sukses menekuk Persija Jakarta lewat adu penalti dengan skor
8-7.
Prestasi itu berlanjut, kala The Killer-julukan lain PSMS
sukses mengalahkan Malaysia di dua kali pertandingan penentuan juara,
dengan skor 2-1 dan 2-1. Kemenangan yang mengantarkan PSMS Medan menjadi
wakil Asia-Oceania menghadapi timtim di benua biru (Eropa), hitam
(Afrika) dan Amerika. “Langkah kami untuk bisa ke ajang itu memang cukup
berat. Selain mengalahkan klub lokal, kami juga harus menaklukkan
Malaysia untuk bisa menjadi wakil Asia-Oceania,” ujar Pelatih PSMS U-15
kala itu,Zain Azhar,kepada SINDO. Bukan hanya Malaysia yang
dikalahkan.Dua tim besar Asia seperti Korea Selatan dan Jepang juga
berhasil di kalahkan di ajang tersebut.
Klub berkostum kebesaran
hijau itu menekuk tim dari dua negara besar Asia itu,dengan skor
meyakinkan, yaitu 4-1 atas Korea Selatan dan 3-1 dengan Jepang.
“Tentunya itu menjadi prestasi yang tercatat dalam sejarah, apa lagi
kedua negara itu saat ini menjadi peta kekuatan sepak bola dunia yang
cukup ditakuti,”papar Zain. Prestasi yang menurut Zain, mampu memberikan
nama harum Indonesia di tingkat dunia.
PSMS, menurutnya menjadi
satu-satunya tim Indonesia yang mampu bersaing satu level dengan 24 klub
raksasa di berbagai belahan dunia, di antaranya Real
Madrid,Arsenal,Espanyol ataupun Borussia Dortmund.” Saya rasa sampai
sekarang, belum ada tim sepak bola di Indonesia yang mencapai titik
itu,”ucapnya. Kendati tidak memperoleh gelar juara, Zain mengatakan,
PSMS mampu meraih posisi sembilan besar di akhir kompetisi. PSMS kala
itu, berada di Grup I bersama Arsenal dan juga klub perwakilan dari
Prancis dan Norwegia.
Zain mengatakan, prestasi itu memang tidak
terjadi dengan begitu saja.PSMS kala itu telah mempersiapkan diri dengan
sangat baik.Berawal dari kegagalan PSMS di kompetisi serupa tahun
sebelumnya, seleksi ketat dilakukan terhadap 250 talenta muda, di awal
Februari 1996. “Penyeleksian memang benar-benar ketat.Anak manajer,
pelatih atau ofisial lain tidak ada yang terpilih karena prosesnya
benar-benar penyaringannya murni.Tidak ada pemain titipan-titipan,” ujar
manajer tim PSMS U-15 kala itu, Edy Anthony Wendry.
Dengan
proses ketat tersebut, PSMS mampu menjaring 18 pemain terbaik. Meskipun
hanya meraih peringkat ke-9, setelah gagal masuk ke perempat final
lantaran ditahan imbang klub Universidad de Chile,PSMS berhasil meraih
tiga trofi perorangan kategori bek terbaik,gelandang terbaik dan
penyerang terbaik yaitu Juanda Mayadi. Namun sayang, minimnya perhatian
pemerintah, membuat bakat-bakat itu tidak bisa terasah dengan baik.Hanya
sedikit di antara mereka yang bisa melanjutkan kariernya di sepak
bola.Wendry menuturkan, seusai kompetisi tim PSMS muda itu langsung
menemui Ketua PSSI saat itu yaitu Azwar Anas.
Dalam kesempatan
itu,mereka menanyakan kelanjutan dari tim ini.Namun sayangnya, mereka
tidak bisa mendapatkan jawaban pasti. Kondisi sama juga terjadi saat tim
menghadap Ketua PSSI Sumut saat itu, Amru Daulay, Mereka mendapatkan
jawaban yang sama yaitu menunggu. Tanggapan serupa juga didapat dari
pejabat pemerintahan daerah, yaitu Wali Kota Medan kala itu,Bachtiar
Djafar. Alhasil mereka pun hanya bisa pasrah. “Kami mencoba bertahan
tiga bulan memberi makan dan latihan pemain, tapi karena tidak sanggup
dan kejelasan juga tidak ada, tim kami bubarkan.Perjuangan kami sampai
di situ saja,”ucap Wendry menceritakan.
Padahal menurutnya, jika
dipertahankan dan dibina dengan baik, pemain-pemain itu bisa menjadi
amunisi timnas Indonesia di masa mendatang. “Dari yang kami tahu, empat
pemain Jepang dan enam pemain Korea Selatan ikut pada Piala Dunia
2002.Mungkin kalau pemain PSMS juga diperlakukan sama akan memberi
manfaat besar,”tambahnya. Striker Juanda Mayadi mengatakan, pengalaman
bermain di Manchester tersebut merupakan pengalaman yang tidak akan dia
lupakan sepanjang hidupnya.
Selepas kompetisi itu, Juanda harus
berjuang sendiri mengembangkan kemampuan. Kurangnya pembinaan yang
sesuai, membuat namanya tidak terdengar lagi.Bahkan kemampuannya pun
hanya sebatas klub saja,yaitu sebagai mantan pemain PSMS. Meski begitu,
momen 1996 itu menjadi salah satu masa terbaik yang bukan saja dikenang
para pemain, tetapi juga pencinta sepakbola PSMS.
semoga bermanfaat.......
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment