2:35 AM
0
Mengenang Prestasi Internasional Terbaik PSMS Medan.



Berbicara sejarah PSMS, mungkin tidak akan ada habisnya. Klub berlambang daun tembakau deli itu telah memiliki perjalanan panjang, dengan usia lebih dari 62 tahun.
Di masa lalu, PSMS Medan tidak hanya pernah menorehkan banyak prestasi di tingkat nasional,namun, juga mampu mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional. Pada ajang sepak bola bertajuk Nike MU (Manchester United) PC (Premier Club) U-15 Cup tahun 1996,PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania untuk berlaga di tingkat dunia menghadapi berbagai klub dari benua Afrika,Amerika dan Eropa di kota Machester,Inggris. Perjuangan Ayam Kinantan muda di ajang tersebut tidaklah mudah.
Untuk menjadi wakil Indonesia di ajang Asia Oceania, klub berlambang daun tembakau tersebut harus bersaing dengan klub-klub elit Indonesia lainnya seperti,Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSIS Semarang, PSM Ujung Pandang (Makassar), PSP Padang dan Persegres Gresik. Di babak final Nike Cup MUPC U-15 regional Indonesia, tim PSMS U-15 yang saat itu dilatih Zain Azhar Harahap sukses menekuk Persija Jakarta lewat adu penalti dengan skor 8-7.
Prestasi itu berlanjut, kala The Killer-julukan lain PSMS sukses mengalahkan Malaysia di dua kali pertandingan penentuan juara, dengan skor 2-1 dan 2-1. Kemenangan yang mengantarkan PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania menghadapi timtim di benua biru (Eropa), hitam (Afrika) dan Amerika. “Langkah kami untuk bisa ke ajang itu memang cukup berat. Selain mengalahkan klub lokal, kami juga harus menaklukkan Malaysia untuk bisa menjadi wakil Asia-Oceania,” ujar Pelatih PSMS U-15 kala itu,Zain Azhar,kepada SINDO. Bukan hanya Malaysia yang dikalahkan.Dua tim besar Asia seperti Korea Selatan dan Jepang juga berhasil di kalahkan di ajang tersebut.
Klub berkostum kebesaran hijau itu menekuk tim dari dua negara besar Asia itu,dengan skor meyakinkan, yaitu 4-1 atas Korea Selatan dan 3-1 dengan Jepang. “Tentunya itu menjadi prestasi yang tercatat dalam sejarah, apa lagi kedua negara itu saat ini menjadi peta kekuatan sepak bola dunia yang cukup ditakuti,”papar Zain. Prestasi yang menurut Zain, mampu memberikan nama harum Indonesia di tingkat dunia.
PSMS, menurutnya menjadi satu-satunya tim Indonesia yang mampu bersaing satu level dengan 24 klub raksasa di berbagai belahan dunia, di antaranya Real Madrid,Arsenal,Espanyol ataupun Borussia Dortmund.” Saya rasa sampai sekarang, belum ada tim sepak bola di Indonesia yang mencapai titik itu,”ucapnya. Kendati tidak memperoleh gelar juara, Zain mengatakan, PSMS mampu meraih posisi sembilan besar di akhir kompetisi. PSMS kala itu, berada di Grup I bersama Arsenal dan juga klub perwakilan dari Prancis dan Norwegia.
Zain mengatakan, prestasi itu memang tidak terjadi dengan begitu saja.PSMS kala itu telah mempersiapkan diri dengan sangat baik.Berawal dari kegagalan PSMS di kompetisi serupa tahun sebelumnya, seleksi ketat dilakukan terhadap 250 talenta muda, di awal Februari 1996. “Penyeleksian memang benar-benar ketat.Anak manajer, pelatih atau ofisial lain tidak ada yang terpilih karena prosesnya benar-benar penyaringannya murni.Tidak ada pemain titipan-titipan,” ujar manajer tim PSMS U-15 kala itu, Edy Anthony Wendry.
Dengan proses ketat tersebut, PSMS mampu menjaring 18 pemain terbaik. Meskipun hanya meraih peringkat ke-9, setelah gagal masuk ke perempat final lantaran ditahan imbang klub Universidad de Chile,PSMS berhasil meraih tiga trofi perorangan kategori bek terbaik,gelandang terbaik dan penyerang terbaik yaitu Juanda Mayadi. Namun sayang, minimnya perhatian pemerintah, membuat bakat-bakat itu tidak bisa terasah dengan baik.Hanya sedikit di antara mereka yang bisa melanjutkan kariernya di sepak bola.Wendry menuturkan, seusai kompetisi tim PSMS muda itu langsung menemui Ketua PSSI saat itu yaitu Azwar Anas.
Dalam kesempatan itu,mereka menanyakan kelanjutan dari tim ini.Namun sayangnya, mereka tidak bisa mendapatkan jawaban pasti. Kondisi sama juga terjadi saat tim menghadap Ketua PSSI Sumut saat itu, Amru Daulay, Mereka mendapatkan jawaban yang sama yaitu menunggu. Tanggapan serupa juga didapat dari pejabat pemerintahan daerah, yaitu Wali Kota Medan kala itu,Bachtiar Djafar. Alhasil mereka pun hanya bisa pasrah. “Kami mencoba bertahan tiga bulan memberi makan dan latihan pemain, tapi karena tidak sanggup dan kejelasan juga tidak ada, tim kami bubarkan.Perjuangan kami sampai di situ saja,”ucap Wendry menceritakan.
Padahal menurutnya, jika dipertahankan dan dibina dengan baik, pemain-pemain itu bisa menjadi amunisi timnas Indonesia di masa mendatang. “Dari yang kami tahu, empat pemain Jepang dan enam pemain Korea Selatan ikut pada Piala Dunia 2002.Mungkin kalau pemain PSMS juga diperlakukan sama akan memberi manfaat besar,”tambahnya. Striker Juanda Mayadi mengatakan, pengalaman bermain di Manchester tersebut merupakan pengalaman yang tidak akan dia lupakan sepanjang hidupnya.
Selepas kompetisi itu, Juanda harus berjuang sendiri mengembangkan kemampuan. Kurangnya pembinaan yang sesuai, membuat namanya tidak terdengar lagi.Bahkan kemampuannya pun hanya sebatas klub saja,yaitu sebagai mantan pemain PSMS. Meski begitu, momen 1996 itu menjadi salah satu masa terbaik yang bukan saja dikenang para pemain, tetapi juga pencinta sepakbola PSMS.

semoga bermanfaat.......

0 comments:

Post a Comment